Kebudayaan Indonesia yang Terlupakan - ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

2014/01/04

Kebudayaan Indonesia yang Terlupakan

Dimasa era modern seperti sekarang ini, para anak-anak Indonesia sudah mulai melupakan permainan-permainan tradisional yang ada, mereka malah lebih memilih untuk bermain dengan gadget-gadget mereka yang dianggap lebih keren dan mengasyikkan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi berbagai macam hal yang ada seperti :

1. Anak-anak yang terlalu dimanjakan oleh orang tuanya sehingga dibelikan gadget yang menggantikan permainan tradisional ang
2. Tidak adanya pengenalan permainan-permainan tradisional yang dilakukan oleh para orang tua terhadap anaknya
3. Tidak adanya tempat dan semakin berkurang serta jarangnya alat-alat yang dibutuhkan untuk setiap permainan tradisional yang ada

Berikut adalah permainan-permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan oleh anak-anak pada masa sekarang :

Galasin

Galah asin atau di daerah lain disebut galasin atau gobak sodor adalah sejenis permainan daerah asli dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. 


Petak Umpet

Siapa yang tidak kenal dengan permainan yang mendunia ini? Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa saja sebagai tempat jaga supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi.

Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya sambil menyentuh tempat jaga. Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.


Engklek


Engklek merupakan permainan tadisional lompat-lompatan pada bidang-bidang datar yang digambar di atas tanah. Permainan ini berbentuk kotak-kotak yang menyerupai tanda tambah namun memiliki kotak-kotak. Pemain harus loncat dengan menggunakan satu kaki dari kotak satu ke kotak, sambil memegang sebuah pecahan eternit untuk dilemparkan ke masing-masing kotak dan kemudian melakukan lompatan ke dalam kotak-kotak tersebut. Setelah selesai lompat ke semua kotak, pemain mengambil pecahan enternit tersebut kemudian dilemparkan lagi kotak selanjutnya tapi dalam melempar tidak boleh melebih batas kotak yang telah disediakan jika melebihi batas kotak yang telah disediakan maka pemain dinyatakan gugur dan diganti oleh pemain lagi.


Bentengan

Bentengan adalah permainan yang dimainkan oleh dua kelompok, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, pohon atau pilar sebagai 'benteng'.
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan menyentuh pohon, tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan ketika menyentuh markasnya. meneriakkan kata “benteng”.
  

Sumber :

Tidak ada komentar: